Pada sekarang ini keluar tren baru berbagai perusahaan ban level dunia dalam memproduksi ban yang ramah lingkungan. Hankook pun tidak mau ketinggalan dengan melakukan berbagai penelitian dalam memproduksi ban yang dapat mengurangi kadar CO2 yang dikeluarkan mobil.
terdapat berbagai factor yang diperhatikan Hankook dalam menciptakan ban yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memperhatikan rolling resistance ban. “Rolling resistance adalah level seberapa jauh ban mobil dapat berputar serta menghadapi daya tolak jalan,” ujar Choi, dengan demikian, ban dapat bergerak lebih jauh dengan tingkat emisi mobil yang lebih rendah. “Hal kedua yang kami perhatikan dalam masalah lingkungan terkait dengan penghematan sumber daya alam, melalui proses daur ulang kemudian memperlama usia pemakaian ban.”
Poin ketiga yang diperhatikan Hankook, menurut Choi adalah penggunaan bahan baku karet alam dalam produksi ban, dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan baku karet sintesis dari minyak bumi.
Sedangkan Kim menjelaskan, dalam memproduksi ban yang ramah lingkungan, Hankook menggunakan silica, bukan black carbon. Menurut Kim, jenis karet yang dipakai terdapat dua jenis yaitu karet alam dan karet sintetis. “Saat ini kami mengembangkan solusi dalam memproduksi ban dengan bahan baku karet alam yang lebih banyak,” ujarnya.
Wakil Presiden Departemen Material Hankook Tire Dal Yong Mun menambahkan, “Kami ingin membuat ban yang 100% bahan bakunya dari karet alam, bukan karet sintetis.”
Dalam pengembangan ban yang bahan bakunya dari karet alam, Hankook tidak terlalu mempertimbangkan apakah harga karet alam akan naik atau tidak. “Masalah harga karet alam itu masalah nanti yang terkait strategi harga. Yang penting saat ini kami berusaha membuat ban berbahan baku karet alam,” kata Mun. “Dalam tiga tahun ke depan, kami proyeksikan dapat menggunakan 97% karet alam. Ini merupakan komitmen Hankook untuk turut menjaga lingkungan.”
Wakil Presiden Divisi R&D Myeong Hun Ann turut angkat bicara. “Dalam tiga tahun, kami bisa buat ban yang sebagian besar bahannya dari karet alam. Namun dalam produksi secara massal, masih memerlukan waktu lebih lama lagi,” ungkapnya.
R&D ibarat jantungnya inovasi Hankook. Oleh sebab itu pula, Hankook tidak segan mengucurkan dana yang melimpah guna membiayai berbagai riset yang dilakukan R&D. “Dana yang dikucurkan untuk R&D mencapai 300 juta won per tahun, atau 5% dari hasil penjualan digunakan untuk riset,” papar Ann.
Gedung R&D di Korsel sudah 20 tahun silam dibangun. Menurut Ann, sebagai perusahaan ban terbesar ketiga di Asia serta terbesar ketujuh di dunia, yang lebih penting untuk bidang riset ialah fasilitas yang ada di dalam pusat riset tersebut. “Untuk meningkatkan efisiensi biaya, memang ada beberapa fasilitas yang sama di lima kantor R&D, tapi fasilitasnya juga bisa beda. Semuanya saling support,” ungkap Ann. Saat ini Hankook memiliki lima kantor R&D yang terletak di Korsel, China, Eropa, Akron, Jepang.
Pada bahan baku produksi, Hankook sempat mengimport karet mentah dari Malaysia. “Namun produk karet dari Malaysia makin menurun, sehingga volume import dari Malaysia juga menurun,” papar Ann.
R&D juga mempertimbangkan berbagai jenis karet mentah dari berbagai Negara, termasuk yang berasal dari Malaysia serta Indonesia. “Kami memeriksa karet-karet dari berbagai Negara, guna mengetahui apakah produk mereka sesuai standar kami atau tidak. Ternyata produk karet di Indonesia bagus dan sesuai standar Hankook sehingga volume import dari Indonesia semakin menguat,” ujar Ann.
(can65)