Terdapat beberapa hal yang tentunya ditakuti serta ingin di hindari pengemudi ketika terjadi kemacetan. Selain khawatir terhadap kapasitas bahan bakar, hal buruk lainnya yang membayang di kala kemacetan melanda ialah naiknya temperatur mesin, yang memicu mobil mogok.
Oleh sebab itulah, guna menghindari terjadinya panas mesin yang berlebihan, sebuah cara dapat serta yang perlu dilakukan ialah memperhatikan kondisi cairan pendingin mesin (coolant) yang terdapat dalam radiator.
Collant yang biasa dikenal sebagai antipembekuan adalah cairan hasil campuran ethylene atau propylene glycol dengan air. Umumnya rasio perbandingan zat mineral itu berkisar 50/50.
Apakah Perlu Mengganti Coolant?
Benar, tindakan satu ini perlu dilakukan disebabkan pemakaian coolant yang terlalu lama akan menyebabkan timbunan pasir. Pasir yang tertumpuk terlalu berlebihan sehingga sanggup menutup sistem saluran pendinginan.
Kenapa Harus Dilakukan?
Dalam waktu tertentu, kualitas coolant tentu mengalami penurunan akibat panas dan lingkungan yang kotor. Di samping itu, korosi pada radiator juga dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan kotoran terhadap coolant.
Hal yang Terjadi Apa Bila Tidak Dilakukan?
Pengendapan kotoran yang terlalu banyak berpotensi mengakibatkan sistem saluran pendingin tertutup, sehingga menyebabkan arus pendinginan mesin menjadi terganggu. Jika hal tersebut terjadi, mesin menjadi mudah panas dan memicu mogok. Jika sudah begini, rentetan masalah lebih krusial terhadap mesin dapat terjadi. Anda tentu tak ingin mengeluarkan fulus lebih banyak untuk hal tersebut.
Berapa Interval Penggantian Coolant?
Ada baiknya melakukan pengecekan coolant secara rutin. Dalam buku manual kendaraan umumnya tertulis berapa interval penggantian coolant.
Akan tetapi ada cara paling mudah guna mengetahui kondisinya. Kualitas coolant terbilang baik jika di saat mesin dingin, level coolant pada tabung cadangan tidak melebihi ambang garis batas minimum. Atau, pada saat mesin panas, level coolant tetap berada di bawah garis ambang maksimum.
(can10)