Corporate culture yang kami bangun yakni smart people very responsible right. Yakni sedikit orang namun sangat bertanggung jawab . Small but down earth, kecil tapi membumi. Kami menitikberatkan pada prinsip bisnis yang jujur dan tidak terlalu ofensif.
Rahasia keberhasilan Hankook menguasai pasar ban di Korea Selatan (Korsel) serta menjadi perusahaan terbesar nomor tujuh di dunia itu diungkapkan Hyun Bum Cho, Executive Vice President serta Perencanaan Strategi Korporat Hankook Tire dalam pertemuan dengan SINDO di Seoul, Korsel, pekan lalu.
Cho yang juga menantu Presiden Korsel Lee Myung Bak itu memaparkan, dalam pabrik Hankook di Cikarang, total ban yang diproduksi sebanyak 80 juta ban per tahun. “Saat ini, karena masih awal, baru memproduksi 20 juta ban. Jumlah ini akan terus ditingkatkan,” tuturnya pada SINDO di hotel Imperial Palace, Seoul, Korea Selatan, pekan lalu. “Awalnya kami merencanakan bahwa 70% produk kami di pabrik Indonesia untuk eksport, tapi kemudian kami ubah bahwa 80% produk Hankook di Cikarang untuk dijual di Indonesia.”
Guna mencapai target menjadi perusahaan terbesar kelima di dunia, Hankook membangun culture perusahaan yang unik. Korporat culture itu ialah smart people very responsible right. Small but down earth. Kami menitikberatkan terhadap prinsip bisnis yang jujur serta tidak terlalu ofensif,” kata Cho yang mengakui Hankook merupakan perusahaan keluarga.
Meski perusahaan keluarga, akan tetapi asset yang mereka miliki tidak dapat dipandang sebelah mata. “Saat ini asset kami yang terdaftar sebesar USD6 miliar,” kata Cho yang menambahkan, Hankook sejak awal focus hanya memproduksi ban.
Penetrasi Hankook di Indonesia dimulai sebelum muncul kabar bahwa perusahaan mobil Korsel, Hyundai dan KIA juga hendak membuka pabrik di Indonesia. “Kita tidak tahu kalau Hyundai dan KIA buka pabrik di Indonesia. Kalau itu benar, kami sangat senang,” papar Cho.
Selama ini, Hankook Tire adalah pemasok ban untuk mobil-mobil keluaran Hyundai serta KIA. Sebagai sesama perusahaan Korea, mereka tampak kompak dalam tumbuh bersama. Meluasnya pasar Hyundai serta KIA di Indonesia tentu menjadi angin segar bagi Hankook.
“Jenis ban yang kami produksi di Cikarang menyesuaikan tren pasar dunia saat ini, yakni ban ultra high performance style. Indonesia memiliki karakter yang serupa sebagai emerging country lainnya. Dalam riset yang dilakukan, kondisi jalan di Asia memang lebih berat dibandingkan di Eropa. Kondisi jalan di Indonesia seperti di China tujuh hingga delapan tahun silam. Karena itu pula, teknologi pembuatan ban yang kami kembangkan lebih bersifat local,” ujar Cho.
Selain itu, menurut Cho, pada pabrik di Cikarang, Hankook akan menerapkan teknologi baru dan lebih canggih dari pabrik-pabrik yang sudah ada sebelumnya.
Hankook banyak dipuji pengamat terkait daya tahannya menghadapi krisis ekonomi yang menerjang Asia pada 1997. Saat itu, Hankook Tire justru mencatat angka penjualan yang tumbuh pesat. Apa rahasianya? “Perusahaan kami sangat berbeda dengan yang lain. Kami memiliki proses decision making yang sangat cepat serta bila terdapat kebijakan dari level atas, dapat langsung diimplementasikan ke level terbawah,” ujarnya.
Tak bisa dipungkiri, ban turut berperan dalam mempengaruhi besarnya emisi karbon kendaraan. Karena itu, Hankook berupaya memproduksi ban ramah lingkungan. “Barang eco friendly sangat disukai konsumen, karena itu kami ingin mengembangkannya,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan Hankook memproduksi ban sepeda motor, Cho menjelaskan, “Hankook tidak pernah memproduksi ban sepeda motor. Tapi terdapat kemungkinan akan memproduksi sedikit,” katanya.
Hankook tidak berencana meminjam dana dari pihak ketiga. “Dalam 20 tahun terakhir perusahaan kami tidak memiliki masalah keuangan. Kami kirim modal dari Korea dan internasional untuk pengembangan pabrik di Cikarang. Kami tidak memiliki rencana meminjam dana dari bank di Indonesia karena tingkat suku bunga di Indonesia tinggi,” ungkapnya.
Jae Bum Park, Vice President Departemen Strategi Korporat Hankook Tire menjelaskan, “Kami punya pabrik di Korea serta China untuk pasar Asia, tapi semakin lama, biaya produksi meningkat sehingga kami harus menguranginya. Hingga kami temukan lokasi yang cocok di Cikarang. Pada 2018, kami targetkan produksi ban kami di pabrik Cikarang mencapai 150 juta ban per tahun. Setelah itu kami akan menjadi nomor lima di dunia.”
(can53)